Kamis, 28 Maret 2013

PUPUK ORGANIK CAIR Plus Z-TOE

Z - TOE
Oleh: DULI ANTON KOLUOD



Pupuk Ion Organik Cair Z - TOE PLUS di ciptakan untuk membangun pertanian Indonesia menjadi lebih maju senada dengan ungkapan ahli pertanian (agronom) Ir. Madakir dalam kunjungan kerja ke Cianjur beberapa waktu yang lalu,
Adapun kegunaan dari PIOC 
Z - TOE PLUS ini dapat diaplikasikan pada berbagai jenis tanaman, mulai Padi, Palawija, sayuran, Buah-uahan, hingga perkebunan, dan lain sebagainya.



REVOLUSI HIJAU KE REVOLUSI ORGANIK (I)

Saya teringat cerita salah seorarng antropolog asing yang datang ke Indonesia akhir tahun 70-an. Dari dalam kereta api yang membawanya dari Jakarta ke Jawa Timur,  yang dia saksikan dari dalam kerata sepanjang Kabupaten Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu, Cirebon, Brebes sampai Tegal terus ke Semarang adalah manusia dengan badan kurus, pucat, perut buncit dan mata cekung. Mereka menderita kwashorkor atau busung lapar yang berdiri sepanjang rel kereta api sambil menadahkan tangan.

Situasi politik yang masih bergolak, mengabaikan pembangunan ekonomi termasuk pertanian dan sektor pangan. Peralihan kekuasaan di republik ini pada awal 70-an, berimbas pada perubahan orientasi pembangunan. Kemiskinan rakyat adalah kemiskinan bangsa, karena itu pemerintah pada saat itu seperti gelap mata mencari pinjaman dan bantuan walaupun dengan syarat yang ketat dan sangat mengikat dalam rangka mengejar pembangunan ekonomi dan pertanian, khususnya kelaparan yang merajalela pada saat itu. Dengan mengatas namakan Revolusi Hijau (Green Revolution) yang kemudian diterjemahkan ke Indonesia dengan nama Panca Usaha Tani, doktrin ini ditiupkan secara besar-besaran kepada petani.

Implikasinya adalah  masuknya investor asing besar-besaran dengan membawa produknya ke Indonesia. Benih unggul dengan umur pendek masuk ke Indonesia, kemudian pupuk  kimia. Ciba Geigi dari Switzerland, produsen pestisida terbesar ini masuk ke Indonesia. Bencana mulai datang, persoalan pangan teratasi hanya sementara. Tetapi persoalan lingkungan hidup dan lahan pertanian mulai terasa membelit dan menunggu kehancuran. DDT dihamburkan di Indonesia dengan pesawat, yang kemudian dilanjutkan oleh petani dari darat. Demikian pula dengan pupuk kimia.

Tidak perlu waktu lama untuk merasakan dampak dari revolusi hijau ini.  Dalam beberapa tahun saja mulai timbul ledakkan hama yang terjadi hamper tiap tahun, dan gagal panen juga sering terjadi. Dan Impor beras pun tidak bisa dibendung bahkan menjadi pengimpor beras terbesar di dunia tahun 70an – 80an. Masalah di atas tersebut muncul sebagai gejala dari akar masalah, yaitu kerusakan lingkungan hidup. Banyak dari kakek kita yang menjadi saksi sejarah kerusakan lingkungan hidup pada awal tahun 70-an. Burung-burung jatuh dari langit, katak, belut dan ikan mati. Ular dan laba-laba mati. Tidak heran jika kemudian penggerek polong merajalela.timbul ledakan hama wereng, ulat grayak, dan walang sangit. Hasil penilitian lahan sawah di jawa terutama jalur pantura jawa barat dan jawa tengah  sangat memprihatinkan. Kandungan bahan organic di bawah 1%, C/N rasio dibawah 5%, sangat sedikit mikroorganisme positif dalam  tanah, pH tanah dibawah 5, dan residu pestisida dalam tanah yang tinggi, sehingga secara keseluruhan kesuburan tanah hilang.    

Setelah dievaluasi, pertanyaan mendasar dari green revolution adalah, Apakah bisa menyelesaikan masalah pangan di Indonesia selama lebih dari 30 tahun ini ? Ternyata tidak. Yang jelas subsidi untuk pupuk kimia mencapai 18,8 triliun rupiah (2011) dan 13,95 triliun rupiah (2012), impor beras hampir setiap tahun (sebagian diantaranya adalah beras impor gelap), dan produksi beras yang hampir stagnan (kenaikan  produksi beras dibawah kenaikan jumlah penduduk per tahun). Impor bahan aktif pestisida yang tinggi dan pupuk kimia minded yang melekat pada petani, sehingga tanah sawah semakin jenuh bahan kimia. Bagaimana petani mengatasi produktivitas lahan sawah mereka yang rendah dan stagnan tersebut? Karena sudah pupuk kimia minded, maka pemupukan makro kimia dan pestisida yang terus ditambah. Yang terjadi adalah peningkatan produksinya tidak signifikan dibandingkan dengan tingkat keracunan dan kejenuhan tanah yang semakin tinggi, dan semakin tinggi pula biayanya. Apabila hal ini terus terjadi, maka busung lapar dan kemiskinan bisa berulang di Indonesia.

Bagaimana mengembalikan keadaan lahan pertanian dan ekosistemnya menuju agroekosistem yang mendukung peningkatan produksi berkelanjutan dan mensejahterakan petani? Sangat mudah tetapi butuh komitmen tinggi untuk melaksanakannya. Caranya adalah merubah system pertanian meniru system biologi alam bekerja atau meniru ekosistem alam bekerja. Apa cirinya? Pertama adalah system produksinya tidak menghasilkan limbah (zero waste). Proses produksi pada ekosistem alami akan membutuhkan input, mengalami proses, menghasilkan output dan limbah, tetapi limbah tersebut tidak mengotori alam karena menjadi input pada proses produksi yang lain. Bisa menjadi pupuk, bias menjadi pakan ternak bias menjadi tempat biakan mikroorganisme tanah dan sebagainya.

Kedua adalah tidak ada materi dan energy dari luar ekosistem yang masuk, sehingga proses produksinya menjadi lebih efisien. Pada ekosistem alami semua kebutuhan produksi dipenuhi dan disediakan secara internal, tidak didatangkan dari luar ekosistem, tidak disubsidi atau dibeli dari luar. Ketiga, ekosistem alami sangat menjaga keaneka ragaman hayati. Keaneka ragaman hayati adalah kunci bagi keseimbangan ekosistem. Dengan keaneka ragaman hayati maka proses/siklus biogeokimia berjalan secara alami, demikian pula dengan rantai makanan, sehingga tidak ada ledakan populasi organism tertentu yang kemudian menjadi hama yang tidak terkendali. Keempat, ekositem alami pasti  menghasilkan output optimum berkelanjutan dan naik secara serentak dan sumultan dalam jangka panjang, bukan maksimum yang kemudian ada titik puncak yang akhirnya turun dan sulit naik kembali. Dan yang terakhir, ekosistem alami tidak akan membuat hasil akhir yang tekor atau minus. Artinya ketika salah satu unit kegiatan dari ekosistem gagal berproduksi optimal, maka unit kegiatan lain dalam ekosistem tersebut akan menutupinya, ada semacam asuransi atau jaminan bagi pendapatan petani, sehingga petani tidak kehilangan pendapatan karena gagalnya salah satu unit kegiatan, karena itu dinamika dalam ekosistem tetap terjaga secara seimbang. Kelima hal tersebut di atas disebut juga dengan prinsip   

Implimentasinya dalam pertanian dari konsep di atas adalah petani harus memiliki minimal dua unit kegiatan di bidang pertanian yang saling terintegrasi. Misalnya selain menanam padi, petani juga memilihara sapi. Kotoran sapi menjadi sumber pupuk lengkap bagi padi, sedangkan jerami dan rumput di galengan sawah menjadi sumber pakan sapi. Dengan demikian ekosistem alami sederhana sudah mulai terbentuk. Ketika secara manajerial dan teknis petani sudah bisa mengintegrasikan dua unit kegiatan, maka petani tersebut bias melangkah mengintegrasikan tiga kegiatan di bidang pertanian dan membentuk ekosistem alami yang agak komplek. Misalnya menanam padi, memelihara sapi dan menanam rumput gajah. Dan seterusnya sesuai dengan luas lahan, tenaga kerja yang tersedia dan kemampuan teknis-manajemen. Jika petani sudah bias membangun sistem pertanian yang sesuai dengan ekosistem alam bekerja, maka prinsip-prinsip ekosistem alam seperti di atas akan muncul dengan sendirinya, dan petani sudah mendekati kearah kesejahteraan (bersambung).  

Abdul Rochman, adalah peneliti lepas dan praktisi agribisnis, sekarang adalah Head of Research and Development Unit (R & D) dari Lembah Kemuning Integrated Organic Farming System di Kuningan – Jawa Barat yang salah satu produknya adalah POC Plus Z-TOE.  Pertanian Organik bagi beliau adalah nafas, ruh, denyut dan cita-cita kehidupan yang selalu ditiupkan pada semua petani dan rakyat. Beliau  percaya sunatullah yang bentuknya adalah dinamika alam dalam ekosistem alami adalah kekuatan terbesar yang bisa mesejahterakan petani  
 
Abdul Rochman, adalah peneliti lepas dan praktisi agribisnis,sekarang adalah Head of Research and Devepment Unit (R & D) 
dari Lembah Kamunng Integrated Organic Farming System 
di Kuningan – Jawa Barat yang salah satu produknya adalah POC Plus Z-TOE. 
Pertanian Organik bagi beliau adalah nafas, ruh, denyut dan cita-cita kehidupan yang selalu ditiupkan pada semua petani dan rakyat. 
Beliau  percaya sunatullah yang bentuknya adalah dinamika alam dalam 
ekosistem alami adalah kekuatan terbesar yang bisa mesejahterakan petani





Lalu, bagaimana bentuk yang lebih riil dan konkret dari system pertanian organic terpadu, dan dari mana mulainya? Mudah saja. Persoalan utama dari pertanian kita adalah rusaknya lahan pertanian. Karena itu kita mulainya dari perbaikan lahan pertanian dengan cara organik. Langkahnya adalah perkaya bahan organic dalam tanah dengan pemberian pupuk kandang, kompos, jerami, pupuk organic granul, bokasih dan sejenisnya, kemudian semprot dengan POC Plus Z-Toe yang kaya akan bakteri EM (Effective Microorgnisme) dan bahan penggembur tanah, bila perlu semprot juga dengan larutan MEM (Multi Effective Microorgnisme = satu produk dengan POC Plus Z-Toe) sendiri untuk lebih memperkaya biota/bakteri positif tanah.  Fungsi dari dari bahan organic dan bakteri ini adalah satu paket, yaitu memperbaiki struktur tanah menjadi lebih gembur, menjaga kelembaban tanah dalam waktu lama (sebagai conditioner tanah), memperkaya hara dalam tanah dengan dekomposisi bahan organic oleh bakteri, sebagai bantalan serat yang sangat menghemat pupuk kimia, dan dibantu oleh bakteri sebagai media untuk mengikat dan mendegradasi residu pestisida dan pupuk kimia.

Langkah kedua adalah hilangkan penggunaan pestisida dan gunakan sesedikit mungkin pupuk  kimia. Penggunaan POC Plus Z-Toe sama dengan memberikan proteksi lengkap pada tanaman baik dari luar (mengandung antibiotic dan repellent alami dari bahan rempah dan bakteri EM) maupun dari dalam (masuk secara sistemik dari daun dan akar tanaman memberikan efek imunisasai). Penghilangan pestisida akan membangun kembali dinamika alami dalam ekosistem pertanian yang ditandai dengan berkembangnya musuh alami sebagai predator organism pengganggu tanaman yang kemudian menghidupkan kembali rantai makanan yang akan mengendalikan ledakan populasi organism penggganggu tanaman. Nutrisi tanaman secara lengkap sudah tersedia pada bahan organic terutama pada kotoran hewan. Apalagi disemprot dengan POC Plus Z-Toe yang dibuat dari bahan dasar Urine Sapi, Bahan Rempah dan Bakteri EM maka nutrisi untuk tanaman sudah lengkap walaupun tanpa pupuk kimia. Dengan pupuk organic yang lengkap tersebut, pertumbuhan tanaman menjadi lebih sempurna, seragam, bernas dan cepat panen.    

Pemberian pupuk kimia yang berlebihan, apalagi urea akan memberikan efek pada pertumbuhan yang tidak seimbang dengan lebih mengutamakan dan memperpanjang masa pertumbuhan organ vegetative, akibatnya masa pembentukan bunga dan panen menjadi lebih lama. Efek lain dari pemupukan kimia yang berlebihan adalah penyerapan air yang banyak untuk mengisi rongga sel yang besar. Tanaman dengan pemupukan yang berlebihan akan memiliki dinding sel yang tipis, rongga sel besar yang harus terisi air agar tegak, dan jaringan yang lunak. Akibatnya tanaman mudah layu jika kurang air dan mudah terinfeksi organism pengganggu tanaman karena lunak. Hasil dari beberapa penelitian membuktikan bahwa efisiensi penyerapan pupuk kimia oleh tanaman hanya sebesar 30% - 50% setiap kali aplikasi. Sisanya hilang karena evapotranspirasi (penguapan), terbawa aliran air, dan tercuci masuk dalam tanah yang tidak bisa dijangkau akar tanaman. Lebih banyak pupuk yang hilang dari pada  yang diserap akar tanaman.

Langkah ketiga adalah menumbuhkan semangat untuk memiliki lebih dari satu interprise pertanian yang saling terintegrasi. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir ketergantungan dengan pihak luar atau menguatkan kemandirian sebagai petani. Secara ekologi sebenarnya untuk membangun agroekosistem yang lebih alami menyerupai ekosistem alam yang seimbang. Jika pupuk kandang yang gratis lebih baik dari pada pupuk kimia yang harus dibeli, kenapa kita tidak memelihara sapi selain menanam padi? Berapa kali lipat keuntungan yang didapat dari dua interprises yang dilakukan secara terintegrasi ini? Pilihan-pilihan ini yang harus disadarkan pada petani.

Jika petani sudah mengikuti langkah-langkah awal menuju sisem pertanian organic terpadu, maka kita semua boleh mimpi dan berharap peningkatan produksi beras nasional yang signifikan, boleh berharap pembangunan pertanian berkelanjutan, boleh bermimpi swasembada dan ekspor beras dan mimpi-mimpi lain tentang pertanian yang maju dan mandiri. Tetapi jika kita tetap membiarkan petani menghamburkan pestisida, mengumbar pupuk kimia dan bertanam dengan pola yang tidak jelas, maka mimpi-mimpi di atas sebaiknya dihilangkan. Kalaupun suatu saat kita bisa meningkatkan produksi beras dan swasembada dengan cara konvensional seperti sekarang ini, maka hal itu hanya keberhasilan semu. Mengapa demikian? Karena tiga hal. Pertama peningkatan tersebut hanya sementara. Ketika ekosistemnya sudah jenuh bahan kimia maka yang terjadi adalah justru penurunan produksi. Kedua, peningkatan produksi tersebut berbiaya mahal karena hampir semua input produksi harus dibeli dengan harga mahal pula. Ketiga tingkat ketergantungan petani pada komponen eksternal sangat tinggi, yang menempatkan petani pada posisi lemah dan mudah dikendalikan.

Jadi apakah kita ingin peningkatan produksi dan swasembada yang semu atau peningkatan produksi yang real dengan dasar organik yang bersumber  pada potensi ekonomi dan kearifan local?    

Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.

Kelompok ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu pendukungnya. Inti dari ilmu-ilmu pertanian adalah biologi dan ekonomi. Karena pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung, seperti ilmu tanah, meteorologi, permesinan pertanian, biokimia, dan statistika, juga dipelajari dalam pertanian. Usaha tani (farming) adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya. Petani adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani tembakau" atau "petani ikan". Pelaku budidaya hewan ternak (livestock) secara khusus disebut sebagai peternak.