Z - TOE
Oleh: DULI ANTON KOLUOD
Pupuk Ion Organik Cair Z - TOE PLUS di ciptakan untuk membangun
pertanian Indonesia menjadi lebih maju senada dengan ungkapan ahli
pertanian (agronom) Ir. Madakir dalam kunjungan kerja ke Cianjur
beberapa waktu yang lalu,
Adapun kegunaan dari PIOC Z - TOE PLUS ini dapat diaplikasikan pada berbagai jenis tanaman, mulai Padi, Palawija, sayuran, Buah-uahan, hingga perkebunan, dan lain sebagainya.
Adapun kegunaan dari PIOC Z - TOE PLUS ini dapat diaplikasikan pada berbagai jenis tanaman, mulai Padi, Palawija, sayuran, Buah-uahan, hingga perkebunan, dan lain sebagainya.
REVOLUSI
HIJAU KE REVOLUSI ORGANIK (I)
Saya
teringat cerita salah seorarng antropolog asing yang datang ke Indonesia akhir
tahun 70-an. Dari dalam kereta api yang membawanya dari Jakarta ke Jawa
Timur, yang dia saksikan dari dalam
kerata sepanjang Kabupaten Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu, Cirebon, Brebes
sampai Tegal terus ke Semarang adalah manusia dengan badan kurus, pucat, perut
buncit dan mata cekung. Mereka menderita kwashorkor atau busung lapar yang
berdiri sepanjang rel kereta api sambil menadahkan tangan.
Situasi
politik yang masih bergolak, mengabaikan pembangunan ekonomi termasuk pertanian
dan sektor pangan. Peralihan kekuasaan di republik ini pada awal 70-an,
berimbas pada perubahan orientasi pembangunan. Kemiskinan rakyat adalah
kemiskinan bangsa, karena itu pemerintah pada saat itu seperti gelap mata
mencari pinjaman dan bantuan walaupun dengan syarat yang ketat dan sangat
mengikat dalam rangka mengejar pembangunan ekonomi dan pertanian, khususnya
kelaparan yang merajalela pada saat itu. Dengan mengatas namakan Revolusi Hijau
(Green Revolution) yang kemudian diterjemahkan ke Indonesia dengan nama Panca
Usaha Tani, doktrin ini ditiupkan secara besar-besaran kepada petani.
Implikasinya
adalah masuknya investor asing
besar-besaran dengan membawa produknya ke Indonesia. Benih unggul dengan umur
pendek masuk ke Indonesia, kemudian pupuk
kimia. Ciba Geigi dari Switzerland, produsen pestisida terbesar ini
masuk ke Indonesia. Bencana mulai datang, persoalan pangan teratasi hanya
sementara. Tetapi persoalan lingkungan hidup dan lahan pertanian mulai terasa
membelit dan menunggu kehancuran. DDT dihamburkan di Indonesia dengan pesawat,
yang kemudian dilanjutkan oleh petani dari darat. Demikian pula dengan pupuk
kimia.
Tidak
perlu waktu lama untuk merasakan dampak dari revolusi hijau ini. Dalam beberapa tahun saja mulai timbul
ledakkan hama yang terjadi hamper tiap tahun, dan gagal panen juga sering
terjadi. Dan Impor beras pun tidak bisa dibendung bahkan menjadi pengimpor
beras terbesar di dunia tahun 70an – 80an. Masalah di atas tersebut muncul
sebagai gejala dari akar masalah, yaitu kerusakan lingkungan hidup. Banyak dari
kakek kita yang menjadi saksi sejarah kerusakan lingkungan hidup pada awal
tahun 70-an. Burung-burung jatuh dari langit, katak, belut dan ikan mati. Ular
dan laba-laba mati. Tidak heran jika kemudian penggerek polong
merajalela.timbul ledakan hama wereng, ulat grayak, dan walang sangit. Hasil
penilitian lahan sawah di jawa terutama jalur pantura jawa barat dan jawa
tengah sangat memprihatinkan. Kandungan
bahan organic di bawah 1%, C/N rasio dibawah 5%, sangat sedikit mikroorganisme
positif dalam tanah, pH tanah dibawah 5,
dan residu pestisida dalam tanah yang tinggi, sehingga secara keseluruhan
kesuburan tanah hilang.
Setelah
dievaluasi, pertanyaan mendasar dari green revolution adalah, Apakah bisa
menyelesaikan masalah pangan di Indonesia selama lebih dari 30 tahun ini ?
Ternyata tidak. Yang jelas subsidi untuk pupuk kimia mencapai 18,8 triliun
rupiah (2011) dan 13,95 triliun rupiah (2012), impor beras hampir setiap tahun
(sebagian diantaranya adalah beras impor gelap), dan produksi beras yang hampir
stagnan (kenaikan produksi beras dibawah
kenaikan jumlah penduduk per tahun). Impor bahan aktif pestisida yang tinggi
dan pupuk kimia minded yang melekat pada petani, sehingga tanah sawah semakin
jenuh bahan kimia. Bagaimana petani mengatasi produktivitas lahan sawah mereka
yang rendah dan stagnan tersebut? Karena sudah pupuk kimia minded, maka
pemupukan makro kimia dan pestisida yang terus ditambah. Yang terjadi adalah peningkatan
produksinya tidak signifikan dibandingkan dengan tingkat keracunan dan
kejenuhan tanah yang semakin tinggi, dan semakin tinggi pula biayanya. Apabila
hal ini terus terjadi, maka busung lapar dan kemiskinan bisa berulang di
Indonesia.
Bagaimana
mengembalikan keadaan lahan pertanian dan ekosistemnya menuju agroekosistem
yang mendukung peningkatan produksi berkelanjutan dan mensejahterakan petani? Sangat
mudah tetapi butuh komitmen tinggi untuk melaksanakannya. Caranya adalah
merubah system pertanian meniru system biologi alam bekerja atau meniru
ekosistem alam bekerja. Apa cirinya? Pertama adalah system produksinya tidak
menghasilkan limbah (zero waste). Proses
produksi pada ekosistem alami akan membutuhkan input, mengalami proses,
menghasilkan output dan limbah, tetapi limbah tersebut tidak mengotori alam
karena menjadi input pada proses produksi yang lain. Bisa menjadi pupuk, bias
menjadi pakan ternak bias menjadi tempat biakan mikroorganisme tanah dan
sebagainya.
Kedua
adalah tidak ada materi dan energy dari luar ekosistem yang masuk, sehingga
proses produksinya menjadi lebih efisien. Pada ekosistem alami semua kebutuhan
produksi dipenuhi dan disediakan secara internal, tidak didatangkan dari luar
ekosistem, tidak disubsidi atau dibeli dari luar. Ketiga, ekosistem alami sangat
menjaga keaneka ragaman hayati. Keaneka ragaman hayati adalah kunci bagi
keseimbangan ekosistem. Dengan keaneka ragaman hayati maka proses/siklus
biogeokimia berjalan secara alami, demikian pula dengan rantai makanan,
sehingga tidak ada ledakan populasi organism tertentu yang kemudian menjadi
hama yang tidak terkendali. Keempat, ekositem alami pasti menghasilkan output optimum berkelanjutan dan
naik secara serentak dan sumultan dalam jangka panjang, bukan maksimum yang
kemudian ada titik puncak yang akhirnya turun dan sulit naik kembali. Dan yang
terakhir, ekosistem alami tidak akan membuat hasil akhir yang tekor atau minus.
Artinya ketika salah satu unit kegiatan dari ekosistem gagal berproduksi
optimal, maka unit kegiatan lain dalam ekosistem tersebut akan menutupinya, ada
semacam asuransi atau jaminan bagi pendapatan petani, sehingga petani tidak
kehilangan pendapatan karena gagalnya salah satu unit kegiatan, karena itu dinamika
dalam ekosistem tetap terjaga secara seimbang. Kelima hal tersebut di atas disebut
juga dengan prinsip
Implimentasinya
dalam pertanian dari konsep di atas adalah petani harus memiliki minimal dua
unit kegiatan di bidang pertanian yang saling terintegrasi. Misalnya selain
menanam padi, petani juga memilihara sapi. Kotoran sapi menjadi sumber pupuk
lengkap bagi padi, sedangkan jerami dan rumput di galengan sawah menjadi sumber
pakan sapi. Dengan demikian ekosistem alami sederhana sudah mulai terbentuk.
Ketika secara manajerial dan teknis petani sudah bisa mengintegrasikan dua unit
kegiatan, maka petani tersebut bias melangkah mengintegrasikan tiga kegiatan di
bidang pertanian dan membentuk ekosistem alami yang agak komplek. Misalnya
menanam padi, memelihara sapi dan menanam rumput gajah. Dan seterusnya sesuai
dengan luas lahan, tenaga kerja yang tersedia dan kemampuan teknis-manajemen. Jika
petani sudah bias membangun sistem pertanian yang sesuai dengan ekosistem alam
bekerja, maka prinsip-prinsip ekosistem alam seperti di atas akan muncul dengan
sendirinya, dan petani sudah mendekati kearah kesejahteraan (bersambung).
Lalu,
bagaimana bentuk yang lebih riil dan konkret dari system pertanian organic
terpadu, dan dari mana mulainya? Mudah saja. Persoalan utama dari pertanian
kita adalah rusaknya lahan pertanian. Karena itu kita mulainya dari perbaikan
lahan pertanian dengan cara organik. Langkahnya adalah perkaya bahan organic
dalam tanah dengan pemberian pupuk kandang, kompos, jerami, pupuk organic
granul, bokasih dan sejenisnya, kemudian semprot dengan POC Plus Z-Toe yang
kaya akan bakteri EM (Effective
Microorgnisme) dan bahan penggembur tanah, bila perlu semprot juga dengan
larutan MEM (Multi Effective
Microorgnisme = satu produk dengan POC Plus Z-Toe) sendiri untuk lebih memperkaya biota/bakteri positif tanah. Fungsi dari dari bahan organic dan bakteri ini
adalah satu paket, yaitu memperbaiki struktur tanah menjadi lebih gembur,
menjaga kelembaban tanah dalam waktu lama (sebagai conditioner tanah),
memperkaya hara dalam tanah dengan dekomposisi bahan organic oleh bakteri,
sebagai bantalan serat yang sangat menghemat pupuk kimia, dan dibantu oleh
bakteri sebagai media untuk mengikat dan mendegradasi residu pestisida dan pupuk
kimia.
Langkah
kedua adalah hilangkan penggunaan pestisida dan gunakan sesedikit mungkin
pupuk kimia. Penggunaan POC Plus Z-Toe
sama dengan memberikan proteksi lengkap pada tanaman baik dari luar (mengandung
antibiotic dan repellent alami dari bahan rempah dan bakteri EM) maupun dari
dalam (masuk secara sistemik dari daun dan akar tanaman memberikan efek
imunisasai). Penghilangan pestisida akan membangun kembali dinamika alami dalam
ekosistem pertanian yang ditandai dengan berkembangnya musuh alami sebagai
predator organism pengganggu tanaman yang kemudian menghidupkan kembali rantai
makanan yang akan mengendalikan ledakan populasi organism penggganggu tanaman. Nutrisi
tanaman secara lengkap sudah tersedia pada bahan organic terutama pada kotoran
hewan. Apalagi disemprot dengan POC Plus Z-Toe yang dibuat dari bahan dasar
Urine Sapi, Bahan Rempah dan Bakteri EM maka nutrisi untuk tanaman sudah
lengkap walaupun tanpa pupuk kimia. Dengan pupuk organic yang lengkap tersebut,
pertumbuhan tanaman menjadi lebih sempurna, seragam, bernas dan cepat
panen.
Pemberian
pupuk kimia yang berlebihan, apalagi urea akan memberikan efek pada pertumbuhan
yang tidak seimbang dengan lebih mengutamakan dan memperpanjang masa pertumbuhan
organ vegetative, akibatnya masa pembentukan bunga dan panen menjadi lebih lama.
Efek lain dari pemupukan kimia yang berlebihan adalah penyerapan air yang banyak
untuk mengisi rongga sel yang besar. Tanaman dengan pemupukan yang berlebihan
akan memiliki dinding sel yang tipis, rongga sel besar yang harus terisi air
agar tegak, dan jaringan yang lunak. Akibatnya tanaman mudah layu jika kurang
air dan mudah terinfeksi organism pengganggu tanaman karena lunak. Hasil dari
beberapa penelitian membuktikan bahwa efisiensi penyerapan pupuk kimia oleh
tanaman hanya sebesar 30% - 50% setiap kali aplikasi. Sisanya hilang karena
evapotranspirasi (penguapan), terbawa aliran air, dan tercuci masuk dalam tanah
yang tidak bisa dijangkau akar tanaman. Lebih banyak pupuk yang hilang dari
pada yang diserap akar tanaman.
Langkah
ketiga adalah menumbuhkan semangat untuk memiliki lebih dari satu interprise
pertanian yang saling terintegrasi. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir
ketergantungan dengan pihak luar atau menguatkan kemandirian sebagai petani. Secara
ekologi sebenarnya untuk membangun agroekosistem yang lebih alami menyerupai
ekosistem alam yang seimbang. Jika pupuk kandang yang gratis lebih baik dari
pada pupuk kimia yang harus dibeli, kenapa kita tidak memelihara sapi selain
menanam padi? Berapa kali lipat keuntungan yang didapat dari dua interprises
yang dilakukan secara terintegrasi ini? Pilihan-pilihan ini yang harus
disadarkan pada petani.
Jika
petani sudah mengikuti langkah-langkah awal menuju sisem pertanian organic
terpadu, maka kita semua boleh mimpi dan berharap peningkatan produksi beras
nasional yang signifikan, boleh berharap pembangunan pertanian berkelanjutan,
boleh bermimpi swasembada dan ekspor beras dan mimpi-mimpi lain tentang
pertanian yang maju dan mandiri. Tetapi jika kita tetap membiarkan petani
menghamburkan pestisida, mengumbar pupuk kimia dan bertanam dengan pola yang
tidak jelas, maka mimpi-mimpi di atas sebaiknya dihilangkan. Kalaupun suatu
saat kita bisa meningkatkan produksi beras dan swasembada dengan cara
konvensional seperti sekarang ini, maka hal itu hanya keberhasilan semu.
Mengapa demikian? Karena tiga hal. Pertama peningkatan tersebut hanya
sementara. Ketika ekosistemnya sudah jenuh bahan kimia maka yang terjadi adalah
justru penurunan produksi. Kedua, peningkatan produksi tersebut berbiaya mahal
karena hampir semua input produksi harus dibeli dengan harga mahal pula. Ketiga
tingkat ketergantungan petani pada komponen eksternal sangat tinggi, yang
menempatkan petani pada posisi lemah dan mudah dikendalikan.
Jadi
apakah kita ingin peningkatan produksi dan swasembada yang semu atau
peningkatan produksi yang real dengan dasar organik yang bersumber pada potensi ekonomi dan kearifan local?
Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam
bidang-bidang di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4%
dari PDB dunia. Sejarah Indonesia
sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor
pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang
sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi
dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS
tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja
bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari
total pendapatan domestik bruto.
Kelompok ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu pendukungnya. Inti dari ilmu-ilmu pertanian adalah biologi dan ekonomi. Karena pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung, seperti ilmu tanah, meteorologi, permesinan pertanian, biokimia, dan statistika, juga dipelajari dalam pertanian. Usaha tani (farming) adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya. Petani
adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai
contoh "petani tembakau" atau "petani ikan". Pelaku budidaya hewan
ternak (livestock) secara khusus disebut sebagai peternak.